Kalautidak ada guru, tidak ada polisi, tentara, dan dokter yang pintar dan cekatan. Ibu pernah bilang, guru itu pahlawan, walaupun tanpa tanda jasa tetap tak jera menjadi pelita. Meskipun penghargaannya tak sebanding, tetap tak ragu membagi ilmu. Ibu juga pernah bilang ayah adalah guru, kok ayah tidak mengajar di sekolah?
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Terlupakan Cerita seorang anak yang ditinggalkan kedua orang tuanya semasa pun tak mau menampung dia. Ia hidup sebatang kara,sendiri tanpa arah dan tujuan yang ia hanya bekerja sebagai pengamen jalanan untuk membeli makanan dan minuman. Di suatu hari ia bertemu dengan seorang guru di jalan,guru itu pun merasa kasihan ,ia berbincang dengan guru itu berpuluh-puluh menit bercerita tentang kehidupannya setelah ditinggal oleh kedua orang itu pun mengajak jaka tinggal karena Bu Wara meski menikah tak punya anak ia mengangkat jaka sebagai anak angkatnya Jaka di sekolahkan di sekolah dimana Bu Wara mengajar .jaka merupakan anak yang baik dan cerdas mungkin itu memang kelebihan yang ia miliki dari pada anak yang menyelesaikan tingkat SD .Bu Wara masih sanggup membiayainya masuk tingkat menengah atas atau SMP .Jaka pun mendapatkan peringkat pertama di sekolahannya dan dapat masuk ke Sma yang ia inginkan dengan beasiswa,sehingga Bu Wara hanya perlu memenuhi kebutuhan sehari-harinya pun mendapatkan Beasiswa di Universitas di Luar kota sehingga terpaksa berpisah dengan Bu Wara. Setelah beberapa tahun kemudian melanjutkan kuliah dan berhasil diselesaikan, ia pun berhak menyandang titel. Sudah sekian tahun mereka tidak bertemu, umur Bu sudah semakin tua ,bahkan dia memasuki masa Jaka menikah dengan gadis di desa sebelah dari desa bu Wara,ia sangat terkejut,apalagi jaka dan isterinya tinggal di sebelah desa Bu Wara .Tak ppikir panjang Bu Wara pun langsung menuju rumah disana ia menunggu anak angkatnya diteras anak itu pulang kerumahnya ,Bu Wara menyapa dengan ucapan “selamat sore pak”jaka pun tak menjawab dan mengacuhkannya dengan berbicara dengan itu tetap menunggu sampai jaka keluar dari rumahnya,saat akan mengantarkan teman-temannya di depan rumahnya ia melihat Bu Wara itu lagi,sebenarnya ia sadar bahwa itu ibu angkatnya,saat ibu itu berkata bahwa kau adalah anak angkatku masihkah kau ingat denganku nak,didepan teman-teman kerjanya,tak piker panjang Jaka pun mengusir Ibu wara dari rumahnya karena malu dengan teman wara pun tak menyangka bahwa anak yang ia didik selama ini melupakannya. Sebutan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa', mungkin sekarang hanya menjadi sebuah kalimat yang tak ada nilainya. Betapa tidak? Para pahlawan ini memang tak pernah diingat oleh siapapun dan kapanpun. Meski sejatinya ia bermakna dalam kehidupan manusia, terutama di kalangan profesi guru. Kalimat tadi mengandung arti yang luas dan sangat mengena ketika seorang anak kecil mengenang kembali kilas balik kehidupan semasa kecilnya. Terutama ketika baru mau belajar di tingkat Sekolah Dasar. Pengalaman semasa kecil selalu menjadi kenangan yang tak dilupakan di masa dewasa. Mana-mana sekalipun orang pejabat pasti akan terdengar kisah mereka akan kenangan di masa kecil. Diceritakan baik kepada anak-anaknya, teman-teman kantor atau sesama mereka yang lain. Pengalaman dan kenangan masa lalu sering juga menjadi lelucon bagi yang mendengarkannya. Walaupun cerita lelucon adalah kilas balik mengenang kembali masa kecilnya. Cerita seorang pejabat, suatu ketika ayah dan ibunya meninggal semasa dirinya berumur lima 5 tahun. Kala itu di kampung tersebut sekolahnya baru dibuka. Si kecil ini dibenci masyarakat sekitarnya. Hidupnya mengandalkan perhatian teman-temannya. Kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan pisang bakar. Dia pun tinggal di rumah peninggalan kedua orang tuanya yang dibangun sejak mereka berumah tangga. Tak ada pembinaan. Wajar karena tak ada yang memperhatikan dia. Ketika itu seorang guru yang bertugas di kampungnya mengajak si bocah ini untuk tinggal di rumahnya. Sejak menjadi anak angkat, di sekolahnya di mana dia mengajarnya, tentunya di kampung asalnya. Anak itu makin dewasa. Berbagai pengalaman pahit menjadi guru baginya. Pendidikan tidak ketinggalan. Suatu ketika menyelesaikan tingkat SD. Tentunya dia harus pergi meninggalkan SD dan beranjak masuk di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni SMP. Perhatian guru yang sebagai orang/tua wali murid itu pun tidak luput. Umur bertambah, pengalaman pun pasti segudang. Di kala itu perkembangan dan kemajuan belum seperti sekarang ini. Usai menamatkan SMP, pasti dia melanjutkan pendidikan lebih ke atas, tentunya di SMA. Atas perhatian dan dorongan orang tua angkat, anak tadi menyelesaikan studinya. Pada tahun yang sama dia diterima sebagai seorang pegawai. Setelah beberapa tahun kemudian melanjutkan kuliah dan berhasil diselesaikan dengan status tugas belajar. Dia pun berhak menyandang titel. Sudah sekian tahun mereka tidak bertemu, umur orang tua angkat sudah semakin tua. Bahkan dia memasuki masa pensiun. Pada suatu hari sepulang kerja. Tentu dari kantor. Di rumahnya ada orang tua yang bongkok, pakaiannya compang-camping. Nenek itu duduk di teras menantikan anak angkat itu pulang kantor. Sepulang dari kantor, pejabat itu melihat dari pintu masuk, seorang nenek sedang duduk menanti di teras depan rumah. Nenek itu memandang ke pintu pagar masuk. "Selamat datang bapak," sapa nenek itu. Dia tak menyahut satu katapun. Salaman juga tidak, langsung buka pintu dan masuk ke rumah menuju kamarnya. Nenek itu tak menyanggah kalau anak piaranya memperlakukan sikap seperti itu. Nenek menduga mungkin karena kecapean. "Anak, saya mama yang dulu tinggal denganmu di rumahku, saya ibu guru," kata nenek itu seraya memperkenalkan. Tapi kasihan bapak itu langsung mengusir nenek itu dan nenek itu pulang meninggalkan rumah itu. Cerita ini diangkat sebagai sebuah ilustrasi untuk menyikapi aksi para "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" hari Rabu kemarin di Kantor DPRD Nabire. Dalam aksinya, para guru menuntut hak-hak mereka yang diabaikan selama karena kepentingan tertentu. Apapun alasannya, menjadi guru adalah tugas mulia. Guru juga bentuk panggilan hidup yang tak sama dengan tugas lain. Mereka bertahan selama 6 jam di sekolah. Sambil mengabaikan kepentingan keluarganya. Mereka bertahan lapar dan haus. Sangat menyedihkan para guru-guru yang bertugas di pelataran hutan dan di pinggiran pantai. Hanya mengandalkan bara api menemani mereka di sepanjang menyandang profesi sebagai guru. Mungkin inilah nasib mereka. Guru-guru dipermainkan oleh anak-anak, oleh mantan murid-muridnya. Ditendang ke sana kemari bagaikan sebundar bola di tengah lapang hijau. Meski disimak, siapa pemimpin dan siapa dibalik pemimpin? Apa pembangunan dan siapa dibalik pembangunan? Apa pemerintahan dan siapa dibalik pemerintahan? Apa kesehatan dan siapa dibalik kesehatan? Apa ekonomi dan siapa dibalik ekonomi? Siapa pejabat dan ada siapa yang mendasari dari semua aspek pembangunan?? Sangat terharu ketika setiap orang menyaksikan aksi protes yang dilangsungkan para guru dua hari lalu.. Mereka berjalan kaki melintasi kota Nabire menuju kantor wakil rakyat. Mereka datang hanya untuk menyampaikan dan memprotes sebab musabab terjadi penyelewengan sejumlah sumber dana yang diperuntukan bagi mereka dan anak-anak didik mereka. "Kami datang untuk mempertanyakan hak-hak yang selama ini tidak sampai pada tangan kami dan anak-anak didik kami," kata seorang ibu guru. Ya, semoga dambaan para guru ini terwujud, agar mereka kembali menjalankan tugas mulianya, mengajar dan mendidik generasi penerus negeri ini.Juaraharapan lomba himne guru, ciptaan sartono. dari 341 naskah lagu yang memulai syarat hanya 2 lagu berhasil menang sebagai juara harapan i dan ii. Guru, tanpa tanda jasa - Musik - majalah.tempo.co Perhatikan kutipan teks cerita pendek berikut! “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”. Ungkapan itu memang sering diujarkan, apalagi saat peringatan Hari Guru. Bahkan, kalimat tersebut masuk ke dalam satu lirik lagu nasional. Nyatanya, seorang guru memang memberi andil besar dalam dunia pendidikan. Guru merupakan landasan awal seseorang menerima ilmu yang belum ia tahu. Itu juga yang menjadi alasanku untuk menjadi seorang guru. Aku yang sejak kecil bercita-cita menjadi koki, beralih cita-cita menjadi guru saat mengenyam pendidikan sekolah menengah atas. Ternyata, menjadi guru di zaman sekarang tidak semudah itu. “Selamat Pagi, Bu Astrid!” sapa salah muridku. “Iya, Selamat Pagi Andra!” Itu hanya salah satu contoh baiknya saja. Sapaan itu hanya diucapkan dari sebagian kecil muridku. Selebihnya, acuh tak acuh ketika melewatiku, pun dengan guru-guru lain seperti tidak melihat kami. Belum lagi sikap mereka yang tidak memperhatikan guru saat mengajar. Ada yang makan, berbincang tentang lawan jenisnya, sibuk menggambar, dan ada pula yang berkutat dengan imajinasinya. Hal yang tidak mereka tahu, bahwa guru tak pernah memberi ruang untuk otaknya beristirahat. Sepulang mengajar, kami para guru menyiapkan materi untuk keesokan harinya, memasukkan daftar nilai anak-anak, dan mengatur strategi setelah mengajar agar anak-anak dapat menyambut pembelajaran dengan menyenangkan. Suntingan mengenai keterangan waktu yang tepat untuk kutipan teks cerita pendek di atas adalah ...
Mar05 2018 Kumpulan Puisi Guru Sang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Terbaik. Simakbaca juga aneka puisi yang lain di blog ini. Kau cerdaskan anak bangsa ini. Senyummu memberikan semangat untuk kami Menyongsong masa depan yang lebih baik. Kumpulan puisi tentang guru pahlawan tanpa tanda jasa singkat padat dan sangat jelas. Kaulah Pahlawan
“Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”. Ungkapan yang sering kita dengar tersebut bukanlah ungkapan kosong semata. Memang benar adanya bahwa guru adalah pahlawan yang tidak memiliki tanda jasa. Esensi pahlawan di sini bukan sebagai orang yang melakukan pertempuran di medan perang. Namun, orang yang memiliki pengorbanan dan perjuangan dalam pendidikan. Jika rumah joglo memiliki sokoguru sebagai ciri khasnya, maka negeri ini memiliki guru sebagai sokoguru yang menjadi penegak pendidikan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Dari sini kita tahu bahwasanya guru mempunyai tugas yang bisa dibilang cukup berat. Mendidik, mengajar, membimbing dan memastikan agar semua murid yang diampunya dapat memahami pelajaran adalah tugas yang tidak mudah. Pada dasarnya, guru harus memiliki kekuatan fisik dan mental yang kuat. Seorang guru diharuskan mengerti akan karakter masing-masing siswanya. Tak jarang guru harus menguatkan kesabaran untuk menghadapi siswa-siswanya yang ngeyel. Tugas guru tidak berhenti saat jam pelajaran selesai saja. Saat diluar jam itu pun mereka tetap mempunyai tugas. Dari mempersiapkan materi untuk esok hari, mengecek puluhan hingga ratusan tugas siswa, hingga harus memikirkan cara-cara efektif dalam mengajar agar bisa menyesuaikan dengan keragaman karakter siswa. Iklan Tugas guru juga tidak sebatas mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Mereka juga memiliki tugas mengajarkan ilmu budi pekerti yang luhur agar siswa-siswanya memiliki akhlak yang mulia. Selain sebagai pengajar, guru bisa merangkap menjadi orang tua siswa di sekolah. Pun juga bisa menjadi pendengar; tempat curhat bagi siswa. Guru memang sangat patut menjadi idola maupun panutan siswa di sekolah. Jika pahlawan di medan perang memerangi penjajah, maka pahlawan pendidikan memerangi kebodohan. Guru tak pernah mengeluh walau rasa lelah dan penat mengelilinginya. Bekerja dari pagi hingga larut malam. Hujan dan badai pun rasa-rasanya akan mereka hadapi demi membebaskan rakyat Indonesia dari kekangan kebodohan. Kita sudah tau bahwa guru adalah pahlawan pendidikan tanpa tanda jasa. Tidak ada lencana bintang yang melekat di bajunya. Atas semua jasa-jasanya dalam memperjuangkan pendidikan Indonesia, seluruh guru di negeri ini sangat pantas untuk mendapatkan penghargaan yang setinggi-tingginya. Hari guru dapat menjadi kesempatan dan momentum yang sangat tepat untuk kita mengungkapkan rasa terima kasih kepada guru kita. Terima kasih untuk seluruh guru di Indonesia atas jasa-jasanya dalam menegakkan pendidikan. Ikuti tulisan menarik Tsaqqifna Fadhlarrahman lainnya di sini.
Guru( Pahlawan Tanpa Tanda Jasa) di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. Beli Guru ( Pahlawan Tanpa Tanda Jasa) di Mars 2ndBooks. Download Tokopedia App. Tentang Tokopedia Mitra Tokopedia Mulai Berjualan Promo Tokopedia Care. Kategori. Masuk Daftar. kulkas 2 pintu xiaomi extender sendal pria kaos kaki celana
- Dalam menyambut Hari Guru Nasional HGN yang akan dirayakan pada Jum'at, 25 November 2022 mendatang, kebanyakan para guru akan memberikan berbagai tugas kepada muridnya mulai dari membuat puisi, pantun, hingga cerpen. Membuat Cerpen cerita pendek tak boleh ketinggalan dalam meneriahkan Hari Guru Nasional 2022, lantaran dengan membuat dan membacakan cerpen kamu dapat melontarkan sedikit perasaan kasih kepada sang Guru. Untuk kamu yang mungkin belum tau ingin membuat cerpen yang seperti apa, berikut kumpulan cerpen yang telah rangkum dari berbagai sumber, dapat dijadikan referensi. Baca juga 12 Puisi untuk Hari Guru Nasional 2022 Bikin Terharu, Pena Sang Guru - Sang Pengabdi CERPEN HARI GURU NASIONAL 2022 1. Mengapa Bukan Guru Saja Ozy V. Alandika “Indah, coba kamu maju ke depan dan kerjakan soal berikut ini?” “Indah kan sudah bisa, Bu. Mengapa kok Indah lagi yang maju, Bu?” Bu Guru yang mendengar bantahan halus dari seorang siswinya itu sontak terdiam namun tetap tersenyum seraya melirik siswa lain yang kira-kira masih jarang untuk maju ke depan. Indah memang demikian. Sebagai seorang siswi SMP kelas IX tingkahnya cukup nyeleneh. Biarpun demikian, dia bukanlah siswa yang nakal. Remaja ini pun menghormati guru, bahkan ia selalu mendapat peringkat 7 besar selama dua tahun terakhir. Tapi, ya, karena satu tahun terakhir dia masuk kelas unggulan, sikapnya mulai berubah dan sering menguji guru. Tepatnya tiga bulan yang lalu, seorang mahasiswi yang sedang praktik mengajar dibikin menangis oleh Indah. Sengaja ia lemparkan soal sulit untuk menguji kemampuan guru PPL. “Coba Faris saja ya yang membantu Ibu mengerjakan soal di papan tulis. Hitung-hitung menambah pahala ilmu. Hehe.” Bu Guru tidak ambil pusing dengan sikap Indah. Ia tidak mau merusak konsentrasi siswa sekelas hanya gara-gara ingin memojokkan Indah seorang.
Akukelas Xll ipa 1. Wali kelas kami bernama ibu Dita, Beliau guru biologi kami selama 3 tahun di SMA NEGRI 5 KLATEN. Ibu Dita selama ini tidak pernah marah di saat membimbing dan mengajari kami. Beliau sudah mengabdi sebagai guru di SMA NEGRI 5 KLATEN selama 29 tahun. Besok adalah ulang tahun beliau.
– Asap mengepul dari cerutu, berbaur dengan udara segar di teras rumah. Sambil ditemani seduhan kopi Manggarai yang nikmat, aku mengobrol sejenak dengan pikiranku; mencoba menggali ide yang bakal dituangkan dalam novelku yang keenam. Gampang-gampang susah. Apalagi tema yang ingin kuangkat kali ini adalah “Guruku, Pahlawanku”. Gampang, karena guruku memang pahlawanku. Tanpa dia aku mungkin akan menghabiskan hari-hari di bawah kolong jembatan bersama tikus-tikus got kotor yang katanya mirip dengan diriku tempo dulu. Ayah suara mungil yang biasa memecah keheningan menyapa dari kejauhan. Anakku, Karlos, baru pulang dari sekolah. Sebelum sapaan itu dilanjutkan, aku sudah tahu, setelahnya pasti akan ada topik tentang guru Agama di sekolahnya. Adalah Pak Tarno, guru Agama yang terkenal satu sekolah karena sifat humoris dan keakrabannya dengan siswa. Setiap siswa pasti suka dengannya, bukan saja karena humoris tetapi karena tidak ada prasasti tangannya di pipi para murid. Pak Tarno tidak suka kekerasan. Pokoknya jabatan killer sangat jauh darinya. Kalau dia sampai menampar, berarti kenakalan siswa tersebut sudah kebablasan. Wajar bila sifat Tarno demikian. Kepribadian itu diturunkan dari ayahnya. Buah memang tidak jatuh jauh dari pohonnya. Pak Budi, ayah Tarno, adalah guruku saat SMA dulu. Orangnya tinggi, tegap. Badannya kekar. Kulit hitam dan janggut keriting yang dilepas tumbuh lebat di dagu membuat siapa saja yang bertemu dengannya pasti akan gentar dan gemetar. Banyak yang mengira dirinya adalah teroris. Akan tetapi bak langit dan bumi, kepribadiannya bertolak belakang dengan perawakannya. Dia adalah salah seorang guru yang paling disukai para murid. Bukan sekadar karena dia humoris, tetapi karena sikapnya yang lemah lembut. Semua siswa tahu, kalau didapati Pak Budi membolos sekolah, paling-paling akan disuruh menimba air untuk mengisi bak wc sekolah. Tak pernah ada kabar dia memukul murid. Bahkan kabar burung sekalipun! Seperti anak lain, aku juga menyukai Pak Budi yang lemah lembut itu. Namun sebenarnya aku meremehkannya. Meski waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA, tetapi bibit-bibit nakal sudah ada dalam diriku. Kata orang diturunkan dari ayahku. Siapa tidak kenal dengan Markus. Itulah diriku. Ketika ada siswa bermasalah, pasti namaku selalu berada pada urutan pertama. Cukup dengan mereka mengeja suku kata depan namaku saja Mar, orang sudah tahu kalau itu adalah diriku. Semua tinggal menyambung Kus. Maka terbentuklah Markus. Markus ya, jangan ganti Mar itu dengan ti”, meski jujur kuakui aku memang mirip tikus; kecil, kumal, juga lincah. Meski terkenal nakal, aku tetap punya jadwal. Jadwal kapan harus nakal, dan kapan harus bersikap munafik. Aku hanya berani membolos atau melakukan hal-hal aneh lainnya saat Pak Budilah yang bertugas piket. Di luar itu, aku juga berani sih, tetapi agak sedikit berhati-hati. Nyaliku tidak seteguh kalau Pak Budi yang bertugas. Aku memegang teguh prinsip “strategi itu penting untuk mencapai kesuksesan.” Pertimbangan tentang konsekuensi yang paling ringan hanya diperoleh kalau Pak Budi yang bertugas. Paling-paling kalau kedapatan aku cuma disuruh menimba air. Lama kelamaan aku keenakkan dengan perlakuan ini. Perlahan tapi pasti profesionalitasku sebagai pembolos semakin terasah. Roster bolos mulai dilanggar. Hampir setiap hari aku terus membolos. Bukan hanya Pak Budi yang kini kupandang sebelah mata, semua guru tidak masuk dalam daftarku sekarang. Prestasiku kemudian menurun. Padahal waktu duduk di kelas satu aku adalah juara kelas. Tapi ya sudahlah, menanggalkan nama sebagai juara kelas tidak berpengaruh apa-apa terhadap ketenaranku. Toh namaku masih dikenal di mana-mana, meski dengan predikat berbeda Markus si tukang bolos. Predikat itu sepertinya akan melegenda di sekolahku. Mungkin akan ada sebuah tugu dengan prasasti khusus yang dibuat untukku; Pahlawan dan teladan para pembolos. Harapan itu hampir terwujud sampai suatu saat Pak Jony mulai mengajar di tahun terakhirku bersekolah. Perawakannya biasa saja. Dengan tinggi pas-pasan, kaca mata klasik mirip milik Bung Hatta, kulit putih bersih, wajah tampan seperti artis korea dan rambut yang disisir belah tengah membuat siapapun tidak akan menduga kalau dia adalah atlet nasional beladiri Judo! Pak Jony kemudian diangkat menjadi kaur kesiswaan. Kami semua senang. Pandangan pertama membuat kami berkesimpulan orangnya pasti tak suka main tangan. Tidak mudah main tangan. Banyak geng sekolah yang merayakan perisitiwa itu. Termasuk diriku. Aku yakin nama Markus akan semakin fenomenal. Prediksiku memang tepat. Bulan-bulan pertama, sekolah serasa tempat berpiknik. Angka membolos semakin tinggi. Aku juga termasuk orang yang membuat grafik itu naik. Kedapatan? Sering, bahkan selalu. Tapi biarlah kupikir, semakin sering namaku disebut, elektabilitasku juga akan semakin naik. Bangga. Prok..prak..prok..prak. Meja di ruangan kaur kesiswaan terjungkir balik. Semua orang langsung mengerumuni ruangan. Kegaduhan itu bukan karena ada pencuri yang terciduk seperti dikira orang, melainkan anggota gengku yang baru saja merasakan keganasan Pak Jony. Dia lepas kendali karena kami terus ngeyel ketika ditanya tentang alasan membolos…lagi. Kemarahannya tak tertahankan karena tidak satupun di antara kami berempat yang menaruh respek padanya. Bahkan Deri, wakil gengku, menjawab pertanyaan Pak Jony dengan asap rokok yang masih mengepul dan kaki yang direntangkan di atas meja meja. Dalam sekali libas kami berempat tumbang. Darah bergelayutan di janggut tipisku. Tidak ada perlawanan. Siapa mau ambil resiko? Melawan berarti sedang melakukan testing mayat. Tendangan Pak Johny saat itu serasa petir di siang bolong. Sakitnya lebih parah ketimbang tertusuk kawat duri pagar sekolah. Kami tidak pernah mengalami yang seperti itu. Walau sering bolos, kami tidak pernah terlibat tawuran. Tendangan itu sekaligus membuat bakal tugu dan prasastiku berubah tema; Pahlawan dan Motivator bagi Pembangkang yang mau bertobat. Asap masih mengepul dari cerutuku yang sudah mulai menipis. Kopi menyisakan ampas. Satu jam telah berlalu. Mengenang masa lalu memang selalu punya kenikmatan tersendiri. Setelah peristiwa kekerasan atas nama cinta itu aku langsung bertobat. Aku bersyukur menerima tendangan itu, karena jika tidak aku tidak mungkin menjadi penulis sukses seperti sekarang ini. Hanya saja karena peristiwa itu, Pak Jony harus dipenjara karena melanggar UU Perlindungan Anak. Tidak peduli dengan motif dan dampak tindakannya, kekerasan tidak punya tempat di sekolah. Kasihan Pak Jony, dia memang pahlawanku, tapi tidak bagi negeri ini. Dia dianggap penjahat, karena melakukan tindak kekerasan. Sebenarnya kupikir, terkadang untuk orang-orang sepertiku yang tingkat membangkangnya sudah kelewat batas, perlu diberi shock terapy. Namun entahlah, itu urusan pemerintah, mereka tahu mana yang terbaik. Ayah hari ini Pak Tarno menamparku, karena kedapatan membolos lagi. Pipiku masih terasa sakit hingga sekarang Karlos melapor sambil meringis kesakitan. “Apa? Kurang ajar. Guru biadab, ayo ikut ayah, kita lapor polisi. Penulis Guru di SMP dan SMA Seminari Pius XII Kisol, Manggarai Timur-Flores-NTT
Pipikanan Nadhia ditampar cukup keras oleh guru yang tak layak menjadi pahlawan tanpa tanda jasa itu. Nadhia menangis dan berlari meninggalkan gurunya. Dia sangat marah dan kecewa. Bukan karena telah disakiti tapi dirinya marah akan perbuatan yang telah dilakukan Bu Marliana. Keesokan harinya di sekolah, Nadhia memberanikan diri menemui Bu
Ilustrasi contoh puisi pendek tentang guru, sumber foto Adam Winger on Unsplash8 Contoh Puisi Pendek Tentang GuruIlustrasi contoh puisi pendek tentang guru, sumber foto Taylor Wilcox on UnsplashPena sang guruKarya MesdianaPena gurukuTak pernah bosan menari-nari di dirikuMenuliskan banyak warna di jiwakuCoretan lembut, hangat menyentuh kalbukuPena guruku hebatKarena penanya aku tak telatTugas-tugasku tak lambatWalau panas matahari menyengat hingga hujan lebatPena guruku sangat mengagumkanAku pun terbuai anganDunia akan kuguncangkanMenuju sebuah pencapaianKuingin penaku seperti miliknyaMenggoreskan, melukiskan dan mewarnai anak bangsaHasil penamu kan kujunjung penuh maknaKaulah Sang penaku yang berjuang sepenuh AliEngkau selalu sabar dalam menghadapi kuEngkau selalu tabah memberikan ilmuOh guru kuEngkau selalu sayang kepada kuMeski aku membuatmu marahOh guru kuEngkau memilih ku atau membimbing ku dijalan yang lurusEngkau membuat ku sukses hingga saat Amelia PrishantyKau adalah sumber ilmu kuKaulah pembimbingkuKaulah yang mendidikkuDengan sabar dan tulusGurukuSungguh besar jasamuKau yang tak pernah bosanDalam mengajar dan membimbingkuEngkau pahlawan tanpa tanda jasaGurukuTerima kasihAtas segala jasa-jasaDan engkau Kasih GurukuEngkau bagaikan cahayaYang menerangi jiwaDari segala gelap duniaEngkau adalah setetes embunYang menyejukkan hatiHati yang ditikam oleh kebodohanSungguh mulia tugasmu guruTugas yang sangat besarGuru engkai adalah pahlawankuYang tidak mengharapkan balasanSegala yang engkau lakukanEngkau lakukan dengan ikhlasGuru jasamu takkan ku lupaGuru ingin ku ucapkanTerima kasih atas semua Guruku TersayangIbu guruKau yang telah mendidikkuKau yang telah menasehatikudalam keadaan yang bingungIbu guruEngkau adalah pahlawankuEngkau bagaikan penyelamatkuEngkau tulus mengajarikuIbu guruTerima kasih atas semua jasamuAku sayang padamuSeperti kau PelitakuKarya Rizki AlysaGuruku pelitakuDi hidupku yang gelap gulitaKau pancarkan seribu cahayaKau bagi-bagikan ilmu pada kamiKarenamu kami bisa menulis dan membacaKarenamu kami jadi tau beraneka macam ilmuGuruKau adalah pelitaPenerang dalam gulitaJasamu tiada taraJika ku bisa kan ku petik bintangSebagai tanda terima kasih darikuUntukmu wahai gurukuKaulah pelita dalam SyafniGuru adalah pahlawankuGuru mengajarikuGuru mendidikkuGurukuAku selalu membanggakanmuAku selalu mengingatmuGurukuTerima kasih atas kasihmuKarena kasih sayangmuMembawaku ke tempatyang lebih TersayangKarya Asty KusumadewiGuruItulah julukanmuKau pembimbingkuKaulah pengajarkuHatimu sungguh muliaKaulah orang tua kedua dalam hidupkuSetiap waktu dan setiap saatEngkau selalu menjadi insan yang berhargaBekalku adalah ilmu yang kau ajarkanTerimakasih guruku tersayangKarena engkaulah menjadi pintarPahlawan pendidikan IndonesiaSalah satu patriot bangsa.