CeritaTangkuban Perahu Singkat Bahasa Sunda - Akhir kata, semoga bermanfaat dan terimakasih atas waktunya. Legenda Gunung Tangkuban Parahu, Sangkuriang dan Dayang Sumbi Carita Sunda Buhun yang Tetap Abadi - Sunda Sasakala Gunung Tangkuban Parahu | Kumeok Memeh DipacokBingung mau melakukan apa bersama anak selama di rumah saja karena pandemi Covid-19? Coba bacakan dongeng nusantara pada anak yuk, bosan dengan kegiatan yang itu-itu saja, membacakan dongeng bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mengisi waktu itu, dengan membacakan dongeng anak nusantara, Mama juga ikut mengenalkan dan melestarikan cerita rakyat yang sudah ada secara turun-temurun banyak cerita rakyat yang bisa Mama bacakan pada anak, salah satunya adalah seperti menceritakan Dongeng Sangkuriang dan legenda gunung Tangkuban ini bisa mengajarkan anak tentang normal sosial yang ada di masyarakat sejak dini. Yuk Ma, kali ini ceritakan tentang legenda terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu dari kisah Sangkuriang yang telah rangkum di bawah ini pada si Hiduplah seorang Mama bersama anaknya di sebuah Anak IndonesiaDiceritakan pada zaman dahulu, hiduplah seorang Mama bernama Dayang Sumbi yang tinggal bersama anaknya bernama tinggal di sebuah desa bersama dengan seekor anjing kesayangan mereka yaitu hidup berdua bersama anaknya, Dayang Sumbi menikah dengan titisan dewa yang telah dikutuk menjadi hewan dan dibuang ke mereka sadari, sebenarnya mereka hidup bertiga bersama suami Dayang Sumbi dan papa dari Sangkuriang yang berubah menjadi anjing kutukan melewati masa bersama anaknya, Sangkuriang pun tumbuh menjadi pemuda dengan paras memesona serta tubuh yang gagah dan tumbuh menjadi anak pemberani yang senang berburu, ia pun selalu ditemani si Tumang yang merupakan titisan anjing dari papa kandungnya Murka Dayang Sumbi karena ulah Anak IndonesiaPada suatu hari, Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk mencarikannya kijang karena sang Mama menghendaki memakan hati kijang saat itu. Sangkuriang dengan ditemani si Tumang berburu ke hutan untuk mendapatkan kijang sesuai keinginan Dayang di hutan, Sangkuriang melihat seekor kijang tengah merumput dibalik semak belukar. Sangkuriang pun memerintahkan Tumang untuk mengejar kijang tersebut. Namun ada hal aneh yang terjadi pada anjing piarannya itu, si Tumang yang biasanya penurut kini menolak perintah Sangkuriang untuk mengejar kijang pun marah dan mengatakan, "Jika engkau tetap tidak menuruti perintahku, niscaya aku akan mebunuhmu.”Ancaman tersebut tidak dipedulikan si Tumang yang membuat Sangkuriang semakin kesal dan pun akhirnya membunuh Tumang dan mengambil hati anjing itu untuk diberikan kepada Dayang Sumbi sebagai pengganti anjing kijang yang tak berhasil ia disadari Dayang Sumbi, ternyata hati yang diberikan anaknya adalah hati suaminya yang telah dibunuh oleh anak mereka sendiri. Dayang Sumbi baru mengetahui setelah memasak dan memakan hati itu. Betapa murkanya Dayang Sumbi ketika mengatahui bahwa hati si Tumang lah yang diberikan Sangkuriang Sumbi kemudian meraih gayung yang terbuat dari tempurung kelapa dan memukul kepala Sangkuriang sambil mengatakan yang seusungguhnya, "Tumang itu papamu, Sangkuriang!"Mendapat perlakuan dari Dayang Sumbi seperti itu, Sangkuriang pun marah dan sakit hati. Ia tak rela mamanya begitu padanya. Sangkuriang berpikir bahwa Dayang Sumbi lebih menyayangi si Tumang dibandingkan dirinya. Maka tanpa berpamitan, Sangkuriang pun pergi mengembara ke arah Sangkuriang tumbuh menjadi lelaki dewasa yang ingin menikahi Dayang Anak IndonesiaSetelah kepergian Sangkuriang, Dayang Sumbi mengaku menyesal atas perbuatannya kepada anaknya sendiri. Ia pun memohon ampun kepada para dewa atas kesalahannya tersebut. Mendengar permohonan Dayang Sumbi, mereka menerima permintaan maaf itu dan mengaruniakan kecantikan abadi kepada Dayang sisi, Sangkuriang yang terus mengembara tanpa tujuan pasti, kini tumbuh menjadi lelaki dewasa yang memiliki paras dan tubuh yang dapat memikat banyak perempuan. Tanpa sadar, setelah bertahun lamanya mengembara ia kembali ke tempat dimana dulu berhenti ke salah satu pondok guna meminta air minum kepada pemilik pondok tersebut. Tanpa disadari, ia terpesona dengan kecantikan Dayang Sumbi yang tak mengetahui bahwa perempuan berparas menawan yang ia temui itu adalah mama kandungnya pun yang terjadi pada Dayang Sumbi, melihat sosok lelaki gagah nan sakti dihadapannya, ia tak menyadari bahwa lelaki tersebut adalah Sangkuriang anaknya situlah tumbuh rasa simpat dan cinta, sampai akhirnya mereka merencanakan Picks4. Dayang Sumbi terkejut mengetahui lelaki yang akan menikahinya adalah anaknya Anak IndonesiaSebelum melangsungkan pernikahan, Sangkuriang yang mengganti namanya dengan Jaka ini berniat untuk berburu ke hutan. Dayang Sumbi pun membantu Jaka calon suaminya itu untuk mengenakan penutup terkejutnya Dayang Sumbi saat melihat luka di kepala calon suaminya tersebut mengingaatkannya pada anak laki-lakinya yang telah meninggalkannya sangat yakin bahwa lelaki gagah yang akan menikahinya ini adalah Sangkuriang bekas luka tadi, Dayang Sumbi kemudian menceritakan pada lelaki tersebut bahwa dirinya adalah Dayang Sumbi, orangtua kandung dari Sangkuriang yang telah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang yang telah dibutakan oleh hawa nafsu tidak memperdulikan penjelasan Dayang Sumbi dan tetap bersikukuh Dayang Sumbi mengajukan permintaan ketika dilamar Sangkuriang, ini adalah Anak IndonesiaApa itu syarat? Syarat adalah janji. Menurut KBBI Syarat diajukan sebagai tuntutan atau permintaan yang harus dipenuhi. Begitu pula syarat yang diberikan kepada Sangkuriang, harus ditepati terlebih dulu baru kemudia Dayang Sumbi bersedia mengabulkan yang bertekad tetap ingin menikahi Dayang Sumbi, kemudian melamar perempuan itu untuk menghentikan pernikahan itu, Dayang Sumbi pun memberikan sebuah permintaan sebagai syarat untuk menerima lamaran dari Sumbi mengajukan permintaan yang sangat berat yaitu meminta Sangkuriang membuat bendungan pada sungai Citarum dan di dalam danau tersebut terdapat perahu yang membuat permintaan itu berat adalah karena perkataan Dayang Sumbi, "Sebelum fajar terbit, kedua permintaanku itu harus telah selesai engkau kerjakan.”Tanpa ragu, Sangkuriang menyanggupi permintaan dari Dayang Sumbi, "Baiklah, aku akan memenuhi permintaanmu.”Sangkuriang pun memulai aksinya untuk membuat perahu dengan menebang pohon besar. Sementara cabang dan ranting pohon yang dibutuhkan ditumpuk sampai suatu hari menjemla menjadi gunung Burangrang. Perahu besar pun berhasil dibuat Sangkuriang. Setelahnya, lelaki gagah nan sakti itu memanggil para makhluk halus untuk membantunya membendung alirang sungai Citarum yang deras untuk dibuat sebuah danau sesuai permintaan Dayang Sangkuriang marah besar hingga membalik perahu buatannya Anak IndonesiaSemua yang dilakukan Sangkuriang kemudian membuat Dayang Sumbi merasa cemas karena pekerjaannya sebentar lagi selesai sebelum berganti Sumbi pun mencari cara untuk menggagalkan rencana pernikahan dengan anak kandungnya sendiri dengan memohon pertolongan para berdoa, Dayang Sumbi mendapat petunjuk untuk menebarkan boeh rarang kain putih hasil tenunan.Setelah itu Dayang Sumbi berkeliling dan memaksa ayam jantan berkokok disaat waktu masih malam. Mendengar suara ayam sudah bersuara, para jin yang membantu pekerjaan Sangkuriang pun sangat ketakutan ketika mengetahui bahwa fajar telah kemudian menghilang kesegala penjuru dan meninggalkan Sangkuriang dengan pekerjaannya yang belum Sangkuriang murka merasa Anak IndonesiaTentu saja hal ini membuat Sangkuriang marah besar karena merasa dicurangi oleh calon istrinya meyakini bahwa fajar sesungguhnya belum tiba dan masih ada waku untuk ia menyelesaikan danau lantas murka dengan menjebol bendungan di Sanghyang Tikoro, kemudian aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur hingga menjelma menjadi gunung Manglayang. Air yang semula memenuhi danau tersebut pun kemudian dengan kekuatan saktinya menendang perahu yang tadi ia buat hingga jauh dan jatuh terlungkup sampai menjelma menjadi sebuah gunung yang kemudian disebut gunung Tangkuban dalam hawa amarah yang besar, Sangkuriang yang mengetahui ini semua adalah siasat Dayang Sumbi untuk menggagalkan pernikahan dengannya. Kemarahan yang terus meluap itu kemudian membuat Sangkuriang mengejar Dayang Sumbi yang merasa ketakutan hingga menghilang di sebuah perahu yang menjelma menjadi gunung Tangkuban Perahu, bukit yang menjadi tempat menghilangnya Dayang Sumbi pun ikut menjelma menjadi gunung Sangkuriang yang tidak berhasil menemukan Dayang Sumbi akhirnya ikut menghilang ke alam Pelajaran yang bisa diambil dari cerita Sangkuriang dan gunung Tangkuban cerita Sangkuriang dan legenda Gunung Tangkuban Perahu yang disampaikan, terdapat pesan moral yang bisa dipelajari dari legenda asal muasal gunung Tangkuban Perahu ini mengajarkan bahwa sikap kejujuran akan membawa kebaikan dan kebahagiaan di kemudian hari. Sementara perbuatan curang justru akan merugikan diri sendiri dan mendatangkan musibah bagi diri sendiri ataupun orang hanya itu, cerita ini juga mengajarkan kepada anak sejak dini tentang norma sosial yang ada di masyarakat untuk tidak jatuh cinta dan menikah dengan orangtua kandung. Itulah cerita rakyat atau dongeng Sangkuriang dan legenda Gunung Tangkuban Perahu yang bisa Mama ceritakan pada si Kecil. Semoga bisa jadi pembelajaran untuk diceritakan ke anak-anak ya, jugaDongeng Anak Nusantara Timun Mas dan RaksasaDongeng Nusantara Kisah Malin Kundang, Anak yang Durhaka10 Cara Mulai Menceritakan Dongeng pada Anak
Sejakitu perahu itu berubah menjadi gunung yang sampai sekarang dikenal dengan Gunung Tangkuban Perahu. (Dalam bahasa Sunda Tangkuban Perahu artinya Perahu yang terbalik) Diposting oleh kevin agusta di 19.14 Tidak ada komentar: Pesan Moral dari Dongeng Legenda Jawa Tengah : Cerita Timun Mas adalah Setiap maslaah pasti ada jalan keluarnya
Cerita rakyat Jawa Barat yang paling terkenal adalah legenda tangkuban perahu. Dongeng ini mengisahkan cerita Sangkuriang yang menjadi asal muasal terbentuknya gunung Tangkuban Perahu yang sangat terkenal sebagai objek wisata di Jawa Barat. Pada zaman dahulu, hiduplah seorang perempuan cantik bernama Dayang Sumbi. Ia memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Keduanya tinggal di sebuah rumah bersama dengan seekor anjing setia yang selalu menjaga ibu dan anak tersebut. Tak ada yang tahu bahwa Dayang Sumbi sebenarnya adalah seorang dewi dari khayangan, dan anjing bernama Tumang tersebut adalah suaminya. Dayang Sumbi dan Tumang dikutuk oleh dewa karena sebuah kesalahan. Mereka harus turun ke bumi dan tinggal sebagai seorang manusia dan seekor anjing. Keduanya menerima dan menjalani hukuman tersebut dengan lapang dada. Sangkuriang muda sangat gemar berburu. Saat berburu, ia selalu ditemani oleh Tumang. Mereka berdua sangat cekatan dalam memburu mangsa. Tumang mengejar rusa, bahi hutan atau kelinci hingga mereka tersudut, lalu Sangkuriang menombak hewan buruan tersebut. Hampir setiap selesai berburu, keduanya membawa banyak hewan untuk dimakan atau dijual. Pada suatu hari, Sangkuriang pergi berburu lagi dengan Tumang. Anak muda itu melihat seekor kijang, dan ingin memburunya. Ia memberi perintah pada Tumang untuk menyergap kijang tersebut lalu mengejarnya. Setelah mengendap-endap agar tak ketahuan, Tumang segera mengejar mangsanya Namun ternyata kijang itu berlari sangat cepat, jauh Iebih cepat daripada kijang lain yang pernah mereka buru. Sangkuriang yang ikut mengejar dari belakang terengah-engah kehabisan napas. Setelah beberapa lama, ia sampai di pinggir sungai dan melihat Tumang sedang mengendus-endus kebingungan. “Tumang, di mana kijang itu? Apakah kau kehilangan jejaknya?” teriak Sangkuriang dengan nada kesal. Tumang hanya bisa menyalak. Kijang itu melesat bagai anak panah, dan anjing tersebut tak mampu mengejarnya. Air sungai membuat penciumannya melemah, ia tak dapat mengendus jejak kijang untuk mengetahui ke arah mana hewan itu berlari. Betapa marahnya Sangkuriang. ia sangat menginginkan kijang itu, dan mereka sudah berlari demikian jauh untuk mengejarnya. ”Kau ini bagaimana sih?” umpat Sangkuriang. “Bagaimana mungkin kau kehilangan jejak kijang itu. Dasar anjing bodoh!” Dengan marah, diambilnya sebuah batu dari pinggir sungai dan dilemparkannya ke arah Tumang. Batu tersebut tepat mengenai kepalanya dan membuatnya tersungkur. Sangkuriang terkejut dengan apa yang baru saja dilakukannya. Segera dipeluknya Tumang yang tak bergerak lagi. Kepala anjing tersebut penuh darah, matanya terpejam dan napasnya mulai tak terdengar. “Tumang… Tumang…. Maafkan aku!” jerit Sangkuriang dengan panik. “Aku tak bermaksud membuat kepalamu terluka. Tadi aku hanya kesal saja. Bangunlah Tumang, jangan mati.” Sayang sekali, darah di kepala Tumang begitu banyak hingga akhirnya anjing itu menghembuskan napas terakhirnya. Sangkuriang menangis sedih. Ia menyesali perbuatannya, namun nasi telah menjadi bubur. Anjing kesayangannya telah mati. Sangkuriang menangis cukup lama sebelum akhirnya ia menguburkan Tumang. Setelah selesai, ia berjalan pulang dengan lunglai. Hatinya sangat pilu. Sesampainya di rumah, ia menceritakan apa yang terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi yang terperanjat atas kematian Tumang langsung melampiaskan kemarahannya pada Sangkuriang. Ia mengambil sendok kayu yang biasa digunakan untuk menanak nasi, lalu dipukulkannya sendok itu ke kepala Sangkuriang dan mengenai dahinya. “Pergi kau, anak kurang ajar! Berani-beraninya kau membunuh Tumang yang begitu setia padamu!” “Tapi, Ibu…. “Pergi kau! Jangan pernah kembali lagi!” Dayang Sumbi mengusir anaknya dengan penuh kemurkaan. Sangkuriang pun meninggalkan rumah dengan dahi terluka dan hati yang pedih. Ia berjalan tak tentu arah, menuju ke mana saja kakinya melangkah. Berkelana dari satu daerah ke daerah lain. Bertahun-tahun Sangkuriang berkelana dan dari perjalanan tersebut ia menimba banyak ilmu dari satu perguruan ke perguruan lain. Selain seorang pemuda yang cerdas, ia pun anak seorang dewi sehingga ia dengan mudah mendapatkan kesaktian dari berbagai perguruan. Semakin hari, kesaktiannya bertambah kuat dan Sangkuriang menggunakannya untuk membantu orang-orang yang kesulitan. Hingga suatu hari, Sangkuriang sampai di sebuah desa. Sebenarnya desa itu adalah desa kelahirannya, namun Sangkuriang tak mengenali karena ada begitu banyak perubahan di sang, Selain itu, luka di kepalanya saat dipukul ibunya dulu serta rasa tertekannya akibat kematian Tumang dan pengusiran Dayang Sumbi membuatnya melupakan masa kecilnya. Ketika beristirahat sejenak di sebuah kedai minum, Sangkuriang melihat sosok seorang wanita. ia terpana akan kecantikannya dan berniat untuk menikahi wanita itu. Sangkuriang tak tahu bahwa wanita itu adalah Dayang Sumbi. Oleh karena Dayang Sumbi adalah keturunan dewa sehingga ia tak bisa menua. Wajahnya semuda gadis-gadis remaja, dan hal itulah yang membuat Sangkuriang tak mengenali ibunya sendiri. Dayang Sumbi pun awalnya tak mengetahui siapa Sangkuriang, sebab anaknya itu telah tumbuh menjadi pemuda gagah dan tampan. Ketika Sangkuriang mendekatinya, ia tak menaruh curiga sama sekali hingga ia melihat bekas luka di dahi pemuda itu. Seketika tahulah ia bahwa pemuda itu adalah Sangkuriang, anaknya. Dayang Sumbi menjadi sangat ketakutan, terutama karena Sangkuriang tak memercayai penjelasannya. Pemuda yang kasmaran itu bersikeras melamar Dayang Sumbi. Karena kehabisan akal, Dayang Sumbi pun mengajukan dua syarat. Pertama, Sangkuriang harus membendung sungai Citarum, dan syarat kedua, Sangkuriang harus membuat sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing. Dayang Sumbi mengira kedua syaratnya akan membuat Sangkuriang mundur. Ia tak tahu bahwa anaknya itu memiliki kesaktian. Dengan cepat, Sangkuriang menyanggupi permintaan tak masuk akal tersebut. Malam itu Sangkuriang melakukan tapa, mengumpulkan kesaktian dan mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan membendung sungai. Dayang Sumbi yang diam-diam mengintip pekerjaan tersebut merasa cemas. “Bagaimana jika Sangkuriang berhasil menyelesaikannya? Tak mungkin aku menikah dengan anakku sendiri.” Dayang Sumbi pun memutar otak. Begitu pekerjaan Sangkuriang hampir selesai, Dayang Sumbi menggelar selendang sutra merah, lalu berdoa pada dewa di khayangan untuk membantunya. Selendang merah itu terbang ke arah Timur, dan menutup sebagian langit. Orang-orang mengira matahari sudah terbit di ufuk karena langit sudah memerah. Sangkuriang terkejut dan tak mengira pagi datang lebih cepat dari perkiraannya. Ia pun segera mengetahui bahwa hal tersebut adalah ulah Dayang Sumbi yang tak ingin menikah dengannya. Karena patah hati, Sangkuriang menjadi marah. Ia mengamuk, menjebol bendungan yang dibuatnya. Air bendungan menerjang dan mengakibatkan banjir badang. Penduduk desa ketakutan dan berlarian mencari tempat aman. Dongeng Rakyat Jawa Barat Legenda Tangkuban Perahu Kemarahan Sangkuriang tak berhenti sampai di situ. Ia pun menendang sampan besar hingga terpental jauh. Kesaktiannya membuat sampan tersebut jatuh terbalik dan berubah menjadi sebuah gunung. Hingga saat ini, gunung yang bentuknya mirip sampan terbalik itu masih bisa dilihat, namanya adalah gunung Tangkuban Perahu. Pesan Moral dari Dongeng Rakyat Jawa Barat – Legenda Tangkuban Perahu adalah kita harus selalu menghormati dan menuruti apa kata orangtua, serta sayang kepada hewan peliharaan kita. Juga kita tidak boleh menuruti hawa nafsu sehingga mudah marah. Temukan Cerita Rakyat Indonesia Bergambar Dengan Pesan Moral lainnya pada artikel kami berikut ini Cerita Rakyat Sangkuriang dari Jawa BaratCeritaRakyat Tangkuban Perahu merupakan cerita rakyat yang berasal dari Jawa Barat dan konon merupakan asal-usul terbentuknya gunung Tangkuban Perahu itu loh. Percaya atau tidak, toh itu hanya sebuah cerita. Yap, bagi sobat yang pernah berkunjung ke daerah wisata Tangkuban Perahu, pastinya akan menyaksikan bentuk gunung tersebut seperti perahu
2ciHJ9.